MAKALAH
BIMBINGAN
KONSLING (BK)
DISUSUN OLEH :
1.
Risky
Taufiq Akbar
2.
Solikin
Nur Hadi Sahputra
3.
Suryadi
4.
Sulis
Setyowati
5.
Vony
Rahayu
6.
Yuni
Ratnasari
7.
Zenny
Fitriani
YAYASAN
MIFTAHUS SA’ADAH SMK UNGGULAN NAHDLATUL ULAMA’ MOJOAGUNG
Jl.
Sayid Sulaiman 153a Mancilan Mojoagung Jombang Telepon (0321) 491949 Kode Pos
61482
SEPTEMBER
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadiran tuhan yang maha esa atas rahmat dan limpahan hidayah-Nya sehinga kami
dapat mengerjakan tugas makala yang diberikan Bapak/Ibu guru yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan
pengetahuan yang semakin meluas dan berkembang di lingkungan sekitar, maka
perlu adanya perwujudan para siswa/siswi yang berkualitas, kreatif, mandiri,
dan profesional dalam segala hal.
Dijiwai dengan penuh semangat semua
tugas dari makala ini hadir untuk memberi dan mengarahkan proses-proses atau
informasi beberapa perkembangan yang ada di sekitar kita dan sebagai panduan
guru untuk mendidik lebih kreatif dan memahami apa yang diinginkan atau
dipahami anak didiknya.
Kami menyadari masih ada kekurangan
dalm penyajian makala ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca makala ini akan kami terima dengan senang hati, demi
penyempurnan makala yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapakan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
penyusunan makala ini, semoga bermanfaat. Amin !!
Tim
penyusun
DAFTAR ISI
1. HALAMAN
JUDUL
............................................................................. i
2. KATA
PENGANTAR
........................................................................... ii
3. DAFTAR
ISI ......................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
........................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan
Masalah ..........................................................................
1
D. Manfaat
......................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan
Teori
........................................................................... 2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
...............................................................................
12
B. Saran
dan Kritik
......................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
pergaulan merupakan terjadinya suatu tindakan antara
dua orang atau lebih untuk menciptakan komunikasi dua arah yang pada akhirnya
muncul suatu komunikasi baru yang saling berinteraksi. Dan bergaul itu sendiri
bentuk interaksi sosial untuk saling mengenal atau memahami situasi tertentu.
Sudah selayaknya kita menjaga etika, suatu misal etika duduk, etika berjalan, menyimpan
tangan dan berdehem. Perilaku hendaknya menjadi bagian dari etika terbaik,
sehingga akan menyenangkan siapapun yang ada bersama kita. Untuk itu pergaulan
secara islami wajib untuk diketahui atau dimengerti remaja zaman sekarang.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
sebab dari hilangnya pergaulan remaja secara islami ?
2. Apa
dampaknya dari pergaulan bebas itu ?
3. Bagaimana
cara mengatasi kenakalan remaja dari semua rumusan masalah ?
4. Apa
solusi dari remaja yang bergaul tanpa landasan islami ?
5. Bagaimana
cara untuk mengatasi remaja yang sulit bergaul ?
1.3 Tujuan
Masalah
1. untuk
mengetahui sebab dari hilangnya pergaulan remaja secara islami.
2. Untuk
mengetahui dampak dari pergaulan bebas.
3. Untuk
mengetahui cara mengatasi kenakalan remaja.
4. Untuk
mengetahui solusi dari remaja yang bergaul tanpa landasan islami.
5. Untuk
mengetahui cara untuk mengatasi remaja yang sulit bergaul.
1.4 Manfaat
Bergaul dapat
dilihat baik atau buruknya dari karakter orang itu sendiri. Pergaulan itu tidak
identik dengan karakter kita yang pendiam atau pintar ngomong, karena pergaulan
itu mempunyai prinsip bagaimana membangun komunikasi dengan orang lain dan
menjaga hubungan itu sebaik-baiknya. Untuk itu jadikan bergaul itu sebagai cara
untuk mengasah kemampuan bukan sebagai beban. Dan bergaul juga bisa sebagai
ladang kita menggali ilmu, kita bisa belajar dari orang lain tentang bagaimana
untuk berbicara, berfikir kritis, percaya diri, mengambil keputusan, dll.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Teori
A.
Pengertian
Remaja
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53).
masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan
masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990:
23) remaja
adalah:
masa peralihan
diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja
yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa
remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa
remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja
menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12
– 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 –
21 tahun (Deswita, 2006: 192).
Definisi yang
dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang
usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan
baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang
beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat
justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar,
pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan
barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat terlarang, bahkan yang
sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan.
Apalagi
sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan
cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat
untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum
lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan.
Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan.
Islam
sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa
berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di
hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang
syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Agama mulia ini
diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk
beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram
dan teratur.
Remaja bergaul memanglah sebuah kebutuhan. Sama
halnya dengan dahaga yang ingin terpuaskan. Mereka ingin mengenal banyak orang
dan berbagai lingkungan. Ini sebetulnya tidak terlepas dari proses pencarian
jati diri semata.
Dengan membebaskan perasaan dan isi hati, mereka
juga mengharapkan kebebasan dan ketenangan jiwa. Bila dikekang, mereka nampak
begitu sedih dan terkekang. Tapi bila pergaulan terlalu di bebaskan, juga
sangat mengkhawatirkan, yang penting berkomunikasi dan terarah. Bila mana sang
remaja mampuh berkomunikasi dengan keluarga dan orang tua, maka bimbingan untuk
pergaulan pun dapat tersampaikan.
Informasi tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan
dengan teman-teman dan apa efek dari apa yang mereka lakukan dan perbuatan juga
perlu dikomunikasikan, dengan demikian, besar harapan kita agar remaja mampuh
memilih apa yang baik dan tidak untuk dilakukan. “tidak ada kata benar atau
salah, tapi lebih tepat kepada yang baik atau bermanfaat dan yang merugikan”.
Pergaulan itu tidak identik dengan karakter kita
yang pendiam atau pinter ngomong, karena pergaulan itu mempunyai prinsip
bagaimana membangun komunikasi dengan orang lain dan menjaga hubungan itu
sebaik-baiknya.
Kita tentu
tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang,
yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran
yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media massa.
Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa.
A. Cara
Untuk Mengatasi Susahnya Bergaul
Susah bergaul
dengan orang lain itu memang sangat menggangu kehidupan kita. Kita terbebani
dengan perasaan merasa terasingkan, bahkan kita menjadi kerdil akan pengetahuan
dan hal-hal yang baru, bagi kita yang mengalami ini. Ada beberapa tips, yaitu :
1. Jadikan
bergaul itu sebagai cara untuk mengasah kemampuan bukan sebagai beban.
2. Jangan
terlalu memikirkan kekurangan kita, seperti sifat-sifat buruk yang terdapat
dalam diri kita. Contohnya : mudah tersinggung, pemarah, pemalu, atau pesimis,
dll.
3. Jangan
selalu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, karena setiap manusia
itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4. Orang
lain itu tidak peduli akan kesulitan kita dalam bergaul yang mereka tahu bahwa
susahnya bergaul itu sangat merugikan.
5. Jadilah
diri sendiri, tampil dengan apa adanya dari kita, bukan menjadi seperti orang
lain.
6. Jadikan
tujuan bergaul itu untuk ladang kita menggali ilmu, kita bisa belajar dari
orang lain, tentang bagaimana untuk (berbicara, berfikir, kritis, percaya diri,
mengambil keputusan) dll.
B. Sebab
dari hilangnya pergaulan remaja secara islami, yaitu :
1. Hilangnya
roh tarbiyyah islamiyyah (pembina diri menjadi muslim sejati) secara utuh dan
ihtegral.
Inilah salah satu faktor penyebab
utama yang menjadikan posisi generasi muda kita sekarang merosot dan tidak
sesuai dengan posisi mereka yang semestinya.
2. Hilangnya
teladan dan panutan yang baik.
Paling banyak pengaruh dari bergaul
adalah bagaimana remaja tersebut mencari panutan. Baik yang buruk maupun yang
baik, tiap individu mempunyai karakter masing-masing. Karakter tersebut dapat
berubah dari mereka jikalau memilih panutan yang salah.
C. Solusi
untuk remaja yang bergaul tanpa landasan atau pedoman secara islami, yaitu :
1.
Banyak memperkenalkan
hal-hal positif dalam bergaul.
2.
Banyak memberi pendapat
atau masukan yang positif.
3.
Banyak memberi
aktifitas positif untuk menyibukan dirinya.
4.
Tidak membuat broker
home. Agar tidak menimbulkan pikiran negatif.
5.
Sering-sering
memperhatikan setiap kegiatannya.
6.
Mengasih perhatian yang
lebih agar merasa dirinya tidak pantas untuk melakukan hal-hal yang diperbuat.
7.
Menambah pengetahuan
yang luas.
Semakin
tingginya frekuensi arus globalisasi era industrialisasi yang sudah mengelobal
serta arus modernisasi dan sekularisasi sangat berpengaruh besar terhadap
pergaulan bebas dengan lain jenis (kumpul kebo), baik diperkotaan maupun
dipedesaan.
Kondisi semacam
ini juga sangat mempengaruhi terhadap ideologi masyarakat sehinga ada sebagian
mereka beranggapan kalau tidak bergaul dengan lain jenis, maka dinilai
ketinggalan zaman, inilah salah satu dampak arus gloalisasi. Oleh karena itu,
dalam kondisi semacam ini manusia dituntut untuk lebih berhati-hati dalam
bertindak.
Tingginya kasus
penyakit HIV/AIDS, khususnya pada kelompok umur remaja salah satu penyebab
akibat pergaulan bebas. Oleh karena itu, mengembangkan model pusat informasi
dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya
menjadi sangat penting, yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan peran
serta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah
kesehatan reproduksi.
D. Faktor
penyebab terjadinya pergaulan bebas/ tanpa islami :
1.
Kurang mendapatkan
perhatian khusus, baik oleh dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat sekitar.
2.
Iman yang lemah.
3.
Kesalahan orang tua
juga. Dengan tidak memberikan pendidikan seks yang memadai dirumah, dan
memberikan anak-anak mereka.
4.
Pemahaman religi/agama
yang kurang, sehingga tak lagi dapat memahami akibat dari pergaulan bebas.
5.
Kurangnya pendidikan.
E. Cara
mengatasi kenakalan remaja :
1.
Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik untuk yang gagal menghadapi identisan diri dan lemahnya
control diri. Bisa dicegah dengan prinsip keteladanan.
2.
Kemauan orang tua untuk
membenahi kondisi keluarga.
3.
Kehidupan beragama
keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian susila
keluarga.
4.
Mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai.
5.
Orang tua memberikan
kesibukan dan mempercayakan tanggung jawab rumah tangga tidak dengan pemaksaan.
6.
Orang tua hendaknya
membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai dengan bakat, kesenangan
dan hoby mereka.
7.
Mengisi waktu luang
diserahkan kepada kebijaksanaan remaja.
8.
Remaja hendaknya
memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi arahan di
komunitas nama remaja harus bergaul.
9.
Remaja harus mempunyai
pendirian yang kuat agar tidak mudah terpengaruh.
10. Kegagalan
menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa
diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan
baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap
ini.
11. Kemauan
orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.
12. Kehidupan
beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian
sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka
akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi
keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun
akan melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.
13. untuik
menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan
kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja.
Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun
mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan
pula. Sebab dengan memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi
waktu anak “Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih
untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk
mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman
yang baik.
14. Orang
tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai
dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak
ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya
bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi
adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.
15. Mengisi
waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain membutuhkan
materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh
karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan
keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan
berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain
sebagainya. Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke
hati, misalnya makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga.
Kegiatan keluarha ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
16. Remaja
hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi
arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.
17. Remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
B.
Peran
Orang Tua Dalam Pencegahan Pergaulan Bebas
Mendidik dan
mendewasakan anak adalah tugas dan tanggung jawab orang tua sudah menjadi suatu
naluri atau insting, karena proses keberadaan sang anak serta pembentukan sifat
dan karakter semua tertuang pada orang tua, orang tua adalah panutan dan
tauladan yang selalu di jumpai anak pada setiap waktu dan kesempatan dalam keluarga, dan orang tua merupakan kunci
strategi dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh sang anak. Cinta
orang tua adalah penguatan hidup sang anak terhadap hidup dan kebutuhan anak.
Penguatan hidup anak mempunyai segi : 1. Perhatian, 2. Tanggung jawab.
Cinta kasih
orang tua tidak hanya sekedar menghadirkan anak kedunia saja, tetapi
pemeliharaan dan pendewasaan yang bersifat paripurna dan sempurna, termasuk di
dalamnya kemampuan untuk beradaptasi dan berakselerasi dengan lingkungan yang
berhubungan dengan norma dan ketrampilan hidup.
C.
Dampak
Dari Pergaulan Bebas
A. Melakukan
Seks Pranikah
Fenomena
seks bebas di kalangan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan. Gambaran
maraknya budaya permisifisme dan hedonisme ini dapat kita lihat dari hasil
penelitian Synovate di empat kota; Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya
(lihat Republika, edisi 11 Maret 2006). Dari 450 responden putra-putri
usia 15-24 tahun kita menemukan kenyataan yang sangat mencengangkan. Robby
Susatyo—Manager Director Synovate—mengemukakan data berikut ini:
1. Sekitar 16 % remaja di empat kota
itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia antara 13-15 tahun.
2. 44 % responden lainnya mengaku mulai
‘mencicipi’ seks sejak usia 16-18 tahun. Sampai disini kita dapat menghitung
bahwa 50 % responden mengaku telah berhubungan seks saat mereka belum lagi
lepas akil baligh.
3. Sekitar 35 % responden mengaku
mengenal seks pertama kali dari film porno. Sisanya mengaku mengetahui seks
dari pengalaman sesama teman.
4. 40 % responden mengaku pertama kali
melakukan hubungan seks di rumah mereka; 26 % mengaku senang melakukannya di
tempat kos; 26 % lainnya senang melakukannya di kamar hotel.
Sangat memprihatinkan. Inilah yang terjadi pada sebagian
remaja. Kita tidak tahu persis fakta sesungguhnya; mungkin jumlahnya lebih
sedikit, mungkin juga lebih besar.
Pertanyaannya adalah, apa yang mesti kita lakukan? Menurut
saya, tidak ada pilihan lain, kecuali dengan berusaha menegakkan dan menjunjung
tinggi akhlak Islam. Dan untuk itu setiap kita hendaknya merasa bertanggung jawab
untuk mewujudkannya. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka
dengan baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita masing-masing.
B. Perilaku Pergaulan Dalam Islam
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku
tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh
karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan
oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah :
1.
Menutup Aurat
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup
aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota
tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan
mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak
membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut
sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua
telapak tangan. Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat
sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan
atau tipis sehingga tembus pandang.
2.
Menjauhi perbuatan zina
Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai
pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama
yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi
oleh nilai-nilai kesucian.
Dalam pergaulan dengan lawan
jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan
seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat
umum. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 32:
“Dan janganlah kamu mendekati
zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan
yang buruk”.
C. Batas-Batas Pergaulan Secara Islam
Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar
terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai
berikut :
1. Laki-laki tidak boleh berdua-duaan
dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat
sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu
berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu
syetan.
2. Laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang
dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi
bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesadaran diri perlu diabadikan dalam bergaul. Selain
mempunyai karakter yang berbeda, semuanya kembali pada kesadaran tiap individu,
karena bagi remaja, bergaul adalah sebuah kebutuhan, sama halnya dengan dahaga
yang ingin terpuaskan. Untuk itu, remaja dituntut untuk lebih berhati-hati
dalam bertindah.
Pergaulan itu mempunyai prinsip bagaimana membangun
komunikasi dengan orang lain dan menjaga hubungan itu sebaik-baiknya, karena
pergaulan itu tidak identik dengan karakter kita yang pendiam/pintar ngomong.
3.2 Saran dan kritik
Kenakalan
remaja semua kembali pada orang tua, orang tua harus memperhatikan anaknya.
Memperbaiki tingkah laku anaknya. Perhatikan dan perlakukan anak dengan
sebaik-baiknya agar mereka merasa nyaman dan aman dalam lingkup keluarga.